Boneka berhantu Annabelle kembali! Setelah diperkenalkan dalam The Conjuring (2013), tak perlu waktu lama bagi boneka imut Annabelle mendapat filmnya sendiri, Annabelle (2014). Bahkan, ia juga dibuatkan prekuelnya, Annabelle: Creation (2017). Tahun ini, boneka berambut pirang itu kembali ke layar bioskop lewat Annabelle Comes Home. Maka, mari kita semua sepakat bahwa Annebelle adalah boneka paling populer di dunia saat ini—ya setidaknya bagi penikmat film horor. Setuju? Jika kita sudah setuju dengan pernyataan itu, mari kita menyetujui pernyataan berikut: Annabelle Comes Home adalah film horor yang bagus namun tak seram. Setuju? Eh, enggak ya? Hm, seperti pernyataan yang satu ini tak bisa langsung kita setujui. Oke deh, maka dari itu mari kita berargumen. Dalam The Conjuring Universe, Annabelle Comes Home mengambil waktu di antara fillm Annabelle pertama dan The Conjuring pertama. Lebih tepatnya pada 1970, setahun setelah Ed (Patrick Wilson) dan Lorraine (Vera Farmiga) berhasil mengunci boneka Annabelle dalam ruang artefak di rumah mereka. Cerita sendiri bermula ketika Ed dan Lorraine harus meninggalkan putrinya, Judy (Mckenna Grace), bersama pengasuhnya, Ellen (Madison Iseman), di rumah selama sehari. Ellen yang berencana merayakan ulang tahun Judy secara kecil-kecilan terpaksa mengundang temannya, Daniela (Katie Sarife), yang memaksa untuk datang. Daniela yang baru saja kehilangan ayahnya akibat kecelakaan ternyata punya maksud lain. Singkat cerita, pada malam perayaan ulang tahun. kejadian-kejadian aneh mulai menghampiri mereka bertiga. Malam yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi malam penuh teror. Sebenarnya, tak ada yang baru dalam Annabelle Comes Home. Ide cerita yang ditawarkan hampir sama dengan kebanyakan film horor klasik: ketika manusia diserang kekuatan supranatural jahat di rumahnya sendiri. Cerita jadi sedikit menarik karena yang kita bicarakan di sini adalah rumah paranornal ternama. Ditambah fakta bahwa selama kejadian, Ed dan Lorrainne tak ada ikut campur. Selain itu, untuk urusan menakuti penontonnya, formula yang dipakai dalam Annabelle Comes Home sama percis dengan film-film The Conjuring Universe lainnya: jejeran jump-scare yang dibangun bantuan sound-effect yang mengagetkan dan kemunculan roh jahat secara tiba-tiba. Sebenarnya, atmosfer yang dibangun sudah berhasil membuat penonton menanti-nanti apa yang akan terjadi selanjutnya. Sehingga ketika jump-scare muncul, asumsinya penonton akan kena serangan jantung mini. Sayangnya, para penikmat film-film The Conjuring Universe—mungkin—sudah berhasil menghafal di luar kepala formula yang seperti itu. Sehingga jump-scare yang diberikan tak begitu berarti untuk mereka—atau setidaknya untuk saya pribadi. Ya walaupun tak bisa dimungkiri ada 2-3 jump-scare yang berhasil membuat saya tersenyum kecut. Untungnya, muncul Bob (Michael Cimino), tetangga keluarga Warrens yang jatuh cinta kepada Ellen. Berkat karakter Bob, film berhasil diselamatkan dari situasi-situasi yang berpotensi membosankan. Mirisnya, saya jauh lebih tertarik dengan bumbu-bumbu humor yang disajikan daripada jump-scare yang coba dimunculkan. Mckenna, Madison, dan Katie pun sebenarnya berhasil memerankan tiga karakter utama dengan sempurna. Bahkan—seperti yang sudah disunggung sebelumnya, Michael yang memerankan karakter pendukung, Bob, sukses besar menghidupkan cerita. Ya, secara keseluruhan, sebenarnya Annabelle Comes Home adalah film yang solid. Namun—kembali lagi, formula yang digunakan secara berulang-ulang tak lagi bekerja untuk saya. Andai sebelumnya saya tak pernah menonton film-film dari The Conjuring Universe, mungkin di sini saya telah memuji-muji Annabelle Comes Home. Sehingga sampai di sini, saya mengambil kesimpulan: Annabelle Comes Home adalah film horor bagus yang tak seram.
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
August 2019
Categories
All
|