Suram dan menghipnotis. Adalah dua kata yang pas untuk menggambarkan Thelma.
Ia hanya gadis yang baru mengenal dunia luar. Ia taat agama. Tak pernah merokok, minum-minum, dan sebagainya. Ia juga sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Namanya Thelma (Eili Harboe). Senyumnya manis, rambutnya pirang gelap. Kulitnya putih layaknya wanita kaukasia. Ia kini mulai membuka lembaran baru. Thelma kuliah di kota. Ia kini tinggal sendiri, jauh dari kedua orang tuanya. Bab baru dalam catatan kehidupannya pun dimulai. Awalnya tak ada yang janggal. Kesehariaan berjalan lurus. Belokan itu mulai muncul ketika Thelma bertemu dengan seorang wanita. Namanya Anja (Kaya Wilkins). Ia lebih tinggi dari Thelma. Kulitnya juga lebih gelap. Coklat erotis. Rambutnya hitam lurus menutupi leher jenjangnya. Entah mengapa, ketika pertama kali bertemu Anja di ruang baca, Thelma merasa ada yang aneh dalam tubuhnya. Tangan kirinya mulai bergetar hebat. Getaran itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia kejang-kejang. Seisi ruangan panik. Thelma dilarikan ke rumah sakit. Anehnya, kejadian itu terulang kembali. Saat bertemu Anja di taman dekat indekosnya, Thelma kejang-kejang, lagi. Gejalanya hampir sama. Namun, kini tak separah sebelumnya. Kejadian-kejadian itu malah membuat keduanya semakin dekat. Thelma dan Anja kini berteman dengan baik. Mereka selalu bertemu, di perkuliahan maupun di luar perkuliahan. Kedekatan mereka mulai berubah ketika Thelma menyadari bahwa ada yang berbeda dari pertemanan mereka. Ya, Thelma menyadari Anja menaruh hati kepadanya. Thelma tak bisa menerima itu. Sebagai seorang yang taat agama. Ia coba menolak perasaan Anja. Thelma mulai menjauh dari Anja. Ia mulai mendekati seorang pria. Namun, hari ke hari Thelma semakin menyadari, Ia tak bisa menghilangkan Anja dari pikirannya. Ia juga jatuh cinta kepada Anja. Hati dan pikirannya bergejolak. Hal itu menyebabkan penyakitnya semakin parah. Ia sudah coba pergi ke rumah sakit, sayangnya dokter tak bisa mendiaknosa penyakitnya. Namun, kini ia tahu bahwa neneknya juga memiliki penyakit dengan gejala yang sama. Thelma yang selama ini menyetahui bahwa neneknya telah lama meninggal ternyata dibohongi oleh orang tuanya. Ya, neneknya masih hidup. Tanpa pikir panjang, Thelma kemudian menemui neneknya. Ia coba terus menggali. Semakin dalam menggali, Thelma terus menemukan fakta-fakta kelam masa lalunya dan keluarganya. Ya, film dari Norwegia yang satu ini memang spesial. Luar biasa. Dari detik awal sampai akhir, suasana tegang terus dijaga dengan sempurna. Hal itu didukung oleh prolog yang langsung membuat penonton gelisah dan penasaran.
Cerita kemudian berjalan dengan perlahan-tapi-pasti. Penonton seakan dibawa menaiki anak tangga satu demi satu. Setiap pijakannya, kita dibuat penasaran dengan pijakan selanjutnya. Setiap pijakan membuat kita semakin dekat dengan klimaks rasa penasaran. Namun, kita diajak menikmati setiap pijakannya. Satu per satu. Hingga tanpa terasa kita sampai di puncak tangga. Akhir dari cerita. Ya, cerita sebenarnya tak dibalut secara intens, namun penonton diajak terus penasaran lewat segala peristiwanya. Penonton dibuat bertanya-tanya dengan apa sebenarnya yang terjadi dengan Thelma. Pun, kita akan dihipnotis oleh drama percintaan yang tak diinginkan. Penonton diajak merasakan pergolakan psikologis yang dialami Thelma. Namun di sisi lain, emosi penonton juga akan bergejolak. Kita dibuat bingung bagaimana harus menerima Thelma: bersimpati atau malah antipati. Tak hanya itu, penonton juga dibuat ngeri oleh beberapa adegan yang—mungkin—sedikit mengganggu. Cek Juga: Review Film The Third Murder, Ambiguitas Drama Pembunuhan Kredit harus saya berikan kepada Eili Harboe, aktris dibalik Thelma. Penampilan sungguh luar biasa. Karakter Thelma benar-benar hidup dalam dirinya. Pun, saya jadi penasaran dengan film-film lain dari sang sutradara, Joachim Trier. Ya, Thelma adalah film pertama Trier yang saya tonton. Dan, saya langsung terpikat oleh karyanya yang satu ini. Singkatnya, Thelma adalah film horor-psikologis suram dengan jalan cerita yang slow-burn. Premis yang menjanjikan dan dieksekusi dengan sempurna. Film yang sangat memikat. Saya sendiri tak heran dengan fakta bahwa Thelma berhasil meraup 15 penghargaan dan masuk dalam 43 nominasi di berbagai ajang perfilman. Di dalam maupun luar Norwegia. Terakhir, yang ingin saya katakan: Thelma adalah film yang sangat sayang untuk dilewatkan.
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
August 2019
Categories
All
|